Tauladan Sayyidah Saudah

Tauladan Sayyidah Saudah, Istri Nabi Muhammad yang Penyabar

Tauladan Sayyidah Saudah, Istri Nabi Muhammad yang Penyabar

Tauladan Sayyidah Saudah Kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad merupakan sumber pelajaran dan hikmah yang tak pernah habis untuk ditimba. Ada berbagai pedoman dan manfaat yang dapat dituai dari riwayat hidup Nabi Muhammad bersama para istrinya. Salah satu figur istri Nabi yang sangat di hormati adalah Sayyidah Saudah binti Zamaah. 

Rumah tangga Nabi dengan Saudah terbina tak lama setelah Khadijah wafat. Sebagaimana yang telah terkonfirmasi dalam catatan sejarah, Nabi Muhammad hidup damai bersama Khadijah selama lebih dari 20 tahun. Selama bersama Khadijah, Nabi Muhammad tidak berpoligami. Mereka hidup bahagia dan dikaruniai sejumlah putri yang sangat cantik dan taat. Nabi Muhammad sungguh mencintai Khadijah. Bahkan hingga tahun-tahun terakhir kehidupan Nabi, nama dan kenangan akan Khadijah tidak pernah hilang dari benak Rasulullah. 

Pernikahan Nabi dan Saudah terjadi pada tahun yang sama dengan masa wafatnya Khadijah. Saat itu, Rasulullah dikisahkan tengah mengalami kedukaan luar biasa. Kehilangan Khadijah membuat Nabi benar-benar terluka. Nabi Muhammad memang sangat mencintai Khadijah. 

Kecintaan Nabi yang sedemikian besar kepada Khadijah wajar adanya. Bagaimana tidak, Khadijah sejatinya bukan hanya sekadar seorang istri. Khadijah juga menjadi tempat Nabi berbagi cerita, melindungi Nabi, hingga memberikan pembelaan yang menguatkan, terutama di masa awal kenabian. Khadijah adalah orang pertama yang beriman kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad. 

Seorang Perempuan Mulia

Ketika Rasulullah dalam kedukaan yang dalam, Khaulah binti Hakim datang menemuinya. Khaulah adalah salah satu sahabat dekat Khadijah semasa hidup. Kondisi Nabi yang sangat terpuruk setelah kepergian Khadijah, istri tercinta, menimbulkan iba di hati Khaulah. Khaulah berusaha menghibur Nabi. Dia menyarankan agar Nabi segera menikah lagi agar ada yang merawat dan menemaninya melewati hari-hari sepi. 

Tauladan Sayyidah Saudah, Istri Nabi Muhammad yang Penyabar

Dalam perbincangan itu, Khaulah menyarankan dua nama perempuan pilihan yang layak dipertimbangkan menjadi pendamping Nabi. Kedua perempuan itu adalah Aisyah binti Abu Bakar serta Saudah bin Zamaah. Setelah membuat pertimbangan, akhirnya Nabi Muhammad memutuskan meminang Saudah. Pernikahan mereka dilangsungkan pada bulan Syawal di tahun ke 10 Kenabian. 

Sosok Saudah sendiri tidak kalah mulia bila disandingkan dengan Khadijah. Sebagai perempuan Islam generasi awal, Saudah melewati berbagai cobaan dan situasi yang benar-benar menguji iman. Saat kaum Muslimin hijrah ke Ethiopia, Saudah dan suami pertamanya  Sakran bin Amr ikut dalam rombongan tersebut. Ini merupakan bukti bahwa keluarga Saudah memiliki kecintaan yang sangat besar kepada Islam. Kesabaran dalam iman dan Islam adalah cahaya abdi di hati Saudah. 

Cobaan yang dijalani Saudah bukan sekedar perjalanan panjang yang harus ditempuh saat meninggalkan Makkah menuju Ethiopia. Setelah sampai di tanah Habsyi, Sakran bin Amr meninggal dunia. Musibah ini membuat Saudah menjadi janda dan menanggung hidup 6 anak hasil pernikahannya dengan Sakran. Meski demikian, iman dan semangatnya tidak luntur. Saat rombongan hijrah kembali ke Makkah, Saudah turut serta dan kemudian dinikahi oleh Rasulullah. 

Tauladan Sayyidah Saudah – Keteladanan Sayyidah Saudah

Saudah merupakan istri yang sangat dihormati oleh Rasulullah karena kesabarannya. Sebagaimana istri Nabi Muhammad lainnya, Saudah menyandang gelar abadi sebagai Ummul Mukminin atau ibu Orang-orang beriman. Pengorbanan Saudah yang sangat besar dalam sejarah dakwah Islam juga patut untuk terus dikenang. Merujuk sejumlah pendapat, jasa dan pengorbanan besar Saudah inilah yang membuat Rasulullah yakin untuk menikahinya walau saat itu Saudah sudah  cukup uzur. 

Selama berumah tangga dengan Nabi, Saudah dikenal sebagai istri yang sangat setia. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Saudah kerap mendampingi nabi dalam melaksanakan sholat-sholat malam yang panjang. Selama hidupnya, Saudah memang dikenal sebagai ahli ibadah. 

Baca juga : Ini Dia Tradisi Agama Kristen Protestan yang Wajib Dimaknai Umat

Kesempurnaan Saudah sebagai seorang istri juga jadi hal yang baik untuk direnungkan. Sebagai pendamping Nabi, Saudah tidak hanya bertanggungjawab untuk merawat Nabi. Dia juga dikenal sebagai sosok yang sangat riang. Saudah adalah teman yang menyenangkan bagi Rasulullah ketika melewati masa-masa dakwah yang sukar. Pola jenaka Saudah tak jarang membuat Rasulullah tertawa dan merasa terhibur. Saudah benar-benar membaktikan dirinya dengan baik sebagai istri Rasulullah.

Bakti Saudah sebagai istri Nabi

Bakti Saudah sebagai istri Nabi tak cuma sampai di situ saja. Masih ada banyak hal baik yang terpancar dari sosoknya. Salah satu kemuliaan terbesar dalam diri Saudah yang sangat sulit ditandingi ialah kegemarannya dalam bersedekah. Nabi pun begitu kagum pada kedermawanan Saudah. Sikap dermawan itu membuat Saudah mendapatkan julukan istimewa dari Nabi sebagai istri yang paling panjang tangan. Ya, tangan Saudah memang selalu diulur untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Seiring pengantin waktu, fisik dan jiwa Saudah kian melemah dimakan usia. Meski begitu, kecintaannya kepada Rasulullah tidak pernah pudar. Sebelum wafat, keinginan terbesar Saudah adalah dibangkitkan sebagai istri Nabi Muhammad pada hari kiamat kelak. Kecintaan dan kesetiaan Saudah kepada Rasulullah dan Islam adalah mutiara hikmah yang akan selalu layak untuk diteladani.