Mengenal Jombang, Kota Santri Dengan Berbagai Keindahan Alam dan Sarat Akan Makna

????????????????????????????????????

Suroboyo.id –  Kota Santri, julukan dari kabupaten jombang yang dimana di jombang sendiri terdapat banyak pondok pesantren mulai yang besar hingga terkecil yang mana tersebar di seluruh penjuru kabupaten jombang.

Jombang selama ini dikenal sebagai kota santri, menjadi salah satu kiblat edukasi yang menghasilkan ratusan generasi Islami serta tokoh kiai dari berbagai pondok pesantren.

Selain itu, Jombang juga memiliki sektor pariwisata yang menarik, dengan berbagai destinasi keindahan alam.

Dalam sejarahnya, Jombang merupakan wilayah yang cukup berpengaruh dan penting di era Majapahit. Saat itu, wilayah yang kini menjadi Jombang merupakan pintu gerbang Majapahit.

Setelah Majapahit kehilangan pengaruhnya, kawasan tersebut menjadi bagian dari kerajaan Mataram Islam.

Pada 1811, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Kabupaten Mojokerto, Jombang menjadi salah satu residennya, bersama dengan Trowulan yang menjadi kawedanan.

Kemudian pada 1910, Jombang memperoleh status menjadi Kabupaten. Pesona Jombang tak hanya sebagai kota santri dan tempat lahirnya presiden RI keempat, namun Jombang juga menyimpan keindahan alam yang layak untuk dikunjungi.

Sejarah Kabupaten Jombang

Jombang termasuk kabupaten muda di Jawa Timur, yang berdiri tahun 1910. Awalnya Jombang merupakan bagian dari Kabupaten Mojokerto.

Lalu pada 21 Oktober 1910 mulai berdiri sendiri. Meski demikian, wilayah Kabupaten Jombang sudah dihuni manusia dan menjadi saksi banyak kerajaan di masa lalu.

Salah satunya adalah Kerajaan Mataram Kuno yang dipindah pusatnya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok. Berdasarkan penelitian yang ada, pusat pemerintahan baru Mataram Kuno berada di Watugaluh.

Saat itu, Watugaluh tercatat sebagai sebuah desa di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Dengan demikian, Jombang sudah menjadi bagian dari percaturan peradaban Jawa sejak abad ke-10 masehi.

Pada masa Majapahit, Jombang menjadi gapura sekaligus pintu masuk ke wilayah Kotaraja. Gapura barat Majapahit diperkirakan ada di Desa Tunggorono, Kecamatan Jombang sedangkan gapura selatan ada di Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang.

Di Jombang juga ditemukan salah satu bangunan peninggalan Majapahit yaitu Candi Arimbi di Kecamatan Bareng. Sedangkan dari segi pemerintahan, Jombang masuk Kabupaten Mojokerto yang didirikan Belanda pada tahun 1811.

Wilayah Jombang kemudian berkembang menjadi salah satu residen di Kabupaten Mojokerto. Bahkan, wilayah Trowulan yang diduga menjadi pusat pemerintahan Majapahit pernah menjadi bagian dari Kawedanan Jombang.

Status kabupaten di Jombang baru diperoleh pada tahun 1910, dengan Bupati Jombang pertama bernama Raden Adipati Arya Soeroadiningrat.

Penetapan Kabupaten Jombang dilakukan pada 21 Oktober 1910, yang saat ini ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Jombang.

Kota Santri

Salah satu julukan Kabupaten Jombang adalah Kota Santri, karena terdapat banyak pondok pesantren di wilayah ini. Beberapa pondok pesantren di Jombang antara lain Ponpes Tebuireng, Ponpes Darul Ulum, Ponpes Bahrul Ulum.

Lalu Ponpes Mamba’ul Maarif, Ponpes Al Arifin Denanyar, Ponpes Ribat Darul Manshur Mayangan, hingga Ponpes Sunan Ampel. Santri dan ulama dari Jombang juga turut mewarnai perjalanan bangsa Indonesia dengan berbagai profesinya.

Di antara tokoh asal Jombang adalah KH Hasyim Asyari yang merupakan pahlawan nasional sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama.

Kemudian ada KH Wahid Hasyim yang merupakan Menteri Agama pertama di Indonesia. Lalu Nurcholis Madjid, cendekiawan dan pemikir Islam asal Indonesia dan pendiri Universitas Paramadina.

Kabupaten Jombang juga menjadi kelahiran KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang tercatat sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia.

Hal Menarik Dari Jombang

Pusat Pondok Pesantren di Tanah Jawa

Julukan Jombang yang kerap didengar adalah Kota Santri, lantaran penyebaran pondok pesantren hampir merata di kabupaten ini. Jombang merupakan pusat pondok pesantren di tanah Jawa. Hampir seluruh pendiri pesantren di Jawa mengenyam pendidikan di sana.

Ada empat pondok pesantren yang paling terkenal berdiri di Jombang, yaitu Tebuireng yang didirikan oleh KH.Hasyim Asy’ari pada 1899, Bahrul Ulum Tambakberas Jombang didirikan oleh KH. Abdus Salam sejak 1967, Mamba’ul Ma’arif yang didirikan oleh KH.Bisri Syansuri pada 1921, dan Darul Ulum didirikan oleh KH. Tamim Irsyad dan KH.Cholil pada 1885.

Tempat Lahir Tokoh Nasional

Banyak tokoh nasional yang dilahirkan di Kabupaten Jombang, di antaranya adalah Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid, Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy’ari, dan KH Wahid Hasyim, tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid, budayawan Emha Ainun Najib, seniman Cucuk Espe, sampai tokoh PKI Semaun.

Para tokoh dari kota santri tersebut mampu melahirkan beragam pemikiran dan gagasan berlian bagi kemajuan bangsa Indonesia, sejak zaman prakemerdekaan hingga saat ini. Sebagian besar dari mereka jarang dicantumkan dalam buku-buku teks pelajaran sejarah di sekolah.

Terdapat Tiga Kelenteng Tertua

Konservasi Tumbuhan Potensial Pemulih Ekosistem Sungai Brantas Perbesar

Wonorejo Ekowisata Mangrove, kawasan konservasi alam untuk mencegah abrasi di wilayah Timur Kota Surabaya. Kawasan ini termasuk hilir Sungai Brantas (Bapekko Surabaya)

Sebagai kota tua dengan banyak kawasan pecinan, daerah Jombang di Jawa Timur ini memiliki beberapa kelenteng yang konon usia bangunannya mencapai ratusan tahun. Dengan berbagai keunikan pada kisah dan bangunan kelenteng, kelenteng-kelenteng tersebut menjadi tempat peribadatan dan wisata religi bagi umat Tri Darma.

Terdapat tiga kelenteng tertua, yakni Kelenteng Boo Hway Bio yang dibangun sejak 1928, Kelenteng Hok Liong Kiong Jombang yang didirikan pada 1890, dan Klenteng Hong San Kiong Gudon yang berdiri sejak 1800.

Dialiri Sungai Terbesar di Jawa Timur

Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo dan sungai terbesar pertama di Jawa Timur. Dinamakan demikian karena sungai tersebut berhulu di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.

Sungai Brantas memiliki panjang sungai utama 320 km dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 11.800 km persegi atau seperempat dari total luas keseluruhan Provinsi Jawa Timur. Pada era kerajaan Hindu Budha di Jawa, Sungai Brantas kerap menjadi lalu lintas perdagangan dunia.

Tari Remo, Tari Tradisional Khas Jombang

Tari khas Jombang tersebut mengisahkan perjuangan seorang pangeran di medan pertempuran. Meski menggambarkan seorang pangeran, dalam perkembangannya tarian ini lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga muncul gaya tarian yang lain, yakni Remo Putri.

Tari Remo memiliki beberapa filosofi yang terkandung dalam gerakan-gerakannya. Gerakan gedrug yang menghentak bumi, misalnya, menyimbolkan kesadaran manusia terhadap kehidupan, sedangkan gerakan Gendewa merupakan simbol gerakan manusia yang sangat cepat bagaikan anak panah yang melesat dari busurnya.