suroboyo.id – Dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas Greenfield, mengungkapkan rasa kekecewaannya setelah China dan Rusia menggunakan hak veto mereka untuk menolak resolusi yang diajukan oleh Amerika Serikat terkait konflik Israel-Palestina.
Thomas Greenfield mengatakan, “Kami mendengar Kalian semua. Meskipun pemungutan suara hari ini merupakan sebuah kemunduran, kita tidak boleh berkecil hati,” sebagaimana dikutip oleh Reuters pada Kamis (26/10).
Pemungutan suara ini berlangsung dalam konteks usulan resolusi Amerika Serikat yang dibahas oleh Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu.
Hasilnya, Uni Emirat Arab memberikan suara menolak, sementara sepuluh anggota lainnya mendukung resolusi tersebut, dan Brasil serta Mozambik memilih untuk abstain (tidak memberikan suara).
Namun, resolusi tersebut akhirnya tidak dapat diterima setelah Rusia dan China menggunakan hak veto mereka. Untuk bisa diterima dan diresmikan sebagai resolusi Dewan Keamanan PBB, sebuah usulan resolusi harus mendapatkan setidaknya sembilan suara mendukung dari total 15 anggota Dewan Keamanan, dan tidak ada anggota yang menggunakan hak veto.
AS mengajukan draf resolusi yang fokus mengatasi krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza.
Draf tersebut juga mencantumkan frasa bahwa Israel berhak membela diri dan mengecam serangan Hamas ke Israel.
Sebagian negara menganggap frasa itu bisa menjadi dalih Israel untuk terus melancarkan agresi ke Gaza.
Draf resolusi itu juga mencakup seruan jeda kemanusiaan untuk akses bantuan. AS menuntut Iran berhenti mengekspor senjata ke kelompok militan.
AS juga menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera yang tersisa yang ditahan Hamas.
Menanggapi draf resolusi tersebut, China merasa AS tak mewakili kepentingan utama komunitas internasional yang selama ini menyerukan gencatan senjata.
“Di momen ini, gencatan senjata tak cuma term diplomatis. Ini menyangkut hidup dan mati banyak warga sipil,” kata Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun.
Sementara itu, Rusia menyatakan draf yang diusung Washington hanya menyalahkan satu pihak.
‘Kami perlu menyerukan gencatan senjata dan kami tak bisa mengecam tindakan satu pihak saja,” kata Peskov.
Dia kemudian berujar, “Kami yakin pilihan kami jauh lebih seimbang.”
Rusia sebelumnya juga mengajukan resolusi untuk menyelesaikan konflik antara Israel dan Hamas.
Mereka mengusulkan draf resolusi singkat yang berisi gencatan senjata segera, pembebasan sandera, dan pemberian bantuan kemanusiaan.
Namun hanya lima dari 15 negara anggota yang setuju.
Empat negara lain yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jepang menolak. Sementara enam negara abstain yakni Albania, Brasil, Ekuador, Ghana, Malta, dan Swiss.