Berita  

Surabaya Terpilih Sebagai Kota Tangguh Hadapi Panas Ekstrem dengan Taman dan Hutan Kota

suroboyo.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa Surabaya semakin hijau dan tertata dengan adanya taman dan hutan kota.

Kota ini dipilih sebagai percontohan untuk menjadi kota tangguh menghadapi panas ekstrem melalui Program Coastal Climate and Heat Action Project (CoCHAP) yang diinisiasi oleh Palang Merah Indonesia (PMI).

Ikhsan, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya, menyatakan bahwa ketahanan masyarakat dalam menghadapi cuaca panas perlu disiapkan, mengingat peningkatan suhu menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari.

Dr. Muhlas Udin, Kepala Markas PMI Kota Surabaya, menegaskan pentingnya penanganan segera terhadap panas ekstrem untuk mencegah peningkatan suhu yang terus berlangsung.

Selain upaya pemerintah dalam menanam pohon dan membangun taman untuk mengurangi laju peningkatan suhu, partisipasi aktif masyarakat juga dianggap sebagai intervensi yang diperlukan.

Panas ekstrem yang berkepanjangan, lanjutnya, bisa berdampak pada kesehatan. Penyembuhan penyakit melambat, termasuk meningkatkan risiko penyakit.

Sedangkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa 2023 menjadi tahun terpanas, bahkan menjadi tahun penuh rekor temperatur. Cuaca panas tidak hanya dialami Indonesia, namun juga menyerang banyak tempat di seluruh belahan dunia.

Menyikapi cuaca panas ekstrem di Indonesia, khususnya di Surabaya itu, Dwikorita Karnawati Kepala BMKG menjelaskan, berdasarkan data dari Organisasi Meteorologi Dunia, 2023 menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim.

Suhu yang tinggi ini bahkan mengalahkan El Nino kuat yang pernah terjadi pada pada 2016 silam. Oleh karena itu, Organisasi Meteorologi Dunia menyimpulkan dampak dari perubahan iklim ini adanya potensi terjadi kekeringan besar akibat tren kenaikan suhu.

“Sebenarnya belum dinyatakan. Namun fakta hasil monitoring terdapat indikasi kuat bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah. Misalnya, Juli 2023 menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah, September 2023 adalah September terpanas sepanjang sejarah, dan Oktober 2023 menjadi Oktober terpanas sepanjang sejarah,” jelas Dwikorita Karnawati Kepala BMKG dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya FM 100, Selasa (21/11/2023).

Baca Juga :   Mahfud MD Ditetapkan Sebagai Bakal Calon Wakil Presiden Bersama Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024

Menurut data BMKG, di kota-kota Indonesia tercatat kenaikan laju suhu rata-rata 0,3 dalam sepuluh tahun. Sehingga selama 30 tahun terakhir terjadi anomali atau kenaikan suhu sekitar 0,9. Sementara Kota Surabaya masuk ke dalam kota yang relatif tidak tinggi laju kenaikannya.

“Impact-nya dengan kenaikan suhu yang lajunya meningkat, siklus atau daur hidrologi semakin ketat dan berdampak pada kondisi kalau hujan. Hujannya ekstrem. Kalau kering, keringnya ekstrem,” paparnya.

Hal tersebut juga berdampak kepada ketahanan pangan atau krisis pangan akibat adanya perubahan iklim yang mengakibatkan gagal panen apapun musimnya.

“Mau musim hujan, rawan kebanjiran, longsor, dan puting beliung. Tanaman kan juga rentan terhadap cuaca ekstrem. Kalau musim kemarau juga gagal panen karena kekurangan air,” jelas Kepala BMKG.

Terkait Surabaya, Dwikorita menyebut selama satu dekade terakhir Kota Pahlawan memiliki ketersediaan hutan kota dan lahan hijau yang semakin banyak.

“Selama sepuluh tahunan terakhir lahannya secara signifikan banyak hijau dan tertata. Ruang terbukanya juga semakin banyak. Jadi hutan kotanya juga semakin banyak, taman kota semakin banyak. Sehingga dalam catatan BMKG, pernah terjadi rekor kota yang penaikan suhunya relatif paling rendah dibandingkan kota-kota lain,” jabarnya.

Dwikorita menekankan pentingnya gedung-gedung tinggi untuk membuat green canopy guna menurunkan suhu dalam gedung. Serta perlunya pemanfaatan energi ramah lingkungan dan energi non-fosil sehingga laju kenaikan suhu relatif rendah.

“Masyarakat juga didorong untuk terus menggunakan moda transportasi ramah lingkungan, atau kendaraan bermotor listrik, dan menggunakan kendaraan umum,” tutur Dwikorita.

Selain pemanfaatan energi, pentingnya melakukan penghijauan di rumah masing-masing. Serta juga terus memonitor perkembangan informasi cuaca, iklim, kualitas udara, gempa bumi, dan tsunami.