suroboyo.id – Aliansi militer NATO tengah mencuat rencana ekspansi wilayahnya hingga ke Asia. Inisiatif ini muncul di tengah ketegangan yang melibatkan pakta militer negara-negara Barat dengan Rusia akibat konflik di Ukraina.
NATO mempertimbangkan perluasannya ke Asia dalam upaya untuk mengokohkan pengaruhnya di kawasan tersebut, terutama dalam menghadapi beberapa kekuatan regional yang kerap berseberangan dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS). Di Asia, Rusia, Korea Utara (Korut), dan China muncul sebagai rival kuat bagi kebijakan Washington.
Menurut Jenderal Viktor Sobolev, seorang anggota Partai Komunis Rusia, blok militer yang dipimpin oleh AS mungkin akan mencakup Jepang dan Korea Selatan dalam rencana ekspansinya dalam jangka menengah. Baginya, kedua negara ini akan semakin terlibat dalam peran strategis AS di kawasan tersebut.
“Walaupun pelaksanaan rencana semacam itu tidak akan terjadi dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan, namun dalam jangka waktu lima tahun, hasilnya mungkin akan terwujud.
Kepemimpinan politik dan militer kami harus merespons hal ini dengan sangat serius, karena ini adalah ancaman yang nyata dan sangat signifikan,” ujar Jenderal Sobolev, seperti yang dilaporkan oleh saluran Telegram Rusia Taynaya Kantselyaria dan diwartakan oleh Russia Today pada Selasa, 26 September 2023.
Komentar Sobolev muncul setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov awal bulan ini menyatakan bahwa NATO berupaya menempatkan pasukan dan infrastruktur militernya di Asia-Pasifik dalam upaya untuk menghalangi kekuatan regional.
Sementara itu, pada bulan Agustus, Presiden Rusia Vladimir Putin pernah memprediksi bahwa NATO pada akhirnya dapat bergabung dengan AUKUS, sebuah pakta keamanan regional yang pertama kali diumumkan oleh Australia, Inggris, dan AS pada tahun 2021.
Sebagai bagian dari proyek ini, Australia akan membeli kapal selam bertenaga nuklir pertamanya, yang dijadwalkan mulai beroperasi pada awal tahun 2030-an.
Mengomentari kemungkinan integrasi kedua blok tersebut, Putin mengatakan pada saat itu bahwa AS berupaya untuk “memformat ulang sistem interaksi antar negara yang telah berkembang di kawasan Asia-Pasifik.”
Di sisi lain, NATO juga dilaporkan berniat untuk membuka kantor di Jepang. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Yoshimasa Hayashi.
Hayashi menyebut serangan Rusia ke Ukraina tahun lalu sebagai peristiwa yang berdampak jauh melampaui perbatasan Eropa, sehingga memaksa Jepang untuk memikirkan kembali keamanan regional.