DLH Surabaya Memantau Kualitas Udara Di 3 Stasiun: Wonorejo, Kebonsari Dan Tandes

Surabaya – Dinas Perlindungan Lingkungan Hidup Kota Surabaya melaporkan tiga stasiun pemantauan kualitas udara ambien (SPKUA) memiliki alat pemantauan standar indeks pencemaran udara (ISPU).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, ketiga SPKUA tersebut berlokasi di wilayah Wonorejo, Kebonsari, dan Tandes. Dua fasilitas milik pemerintah kota dan satu milik pemerintah pusat.

Sistem pemantauan kualitas udara ini perlu diperbanyak. Kita hanya punya dua alat pemantau dari ISPU (Wonorejo dan Kebonsari), Tandes juga milik pemerintah pusat, sehingga ketiganya perlu dijaga ” ujarnya di Surabaya, dilansir Antara, Rabu ( 23 Maret 2019) 8/2023 ).

Hebi menjelaskan, sistem pemantauan kualitas udara (AQMS) ISPU di Stasiun Wonorejo dan Kebonsari menggunakan lima parameter untuk mengukur kualitas udara di Kota Surabaya.

Parameter yang digunakan meliputi SO2 (sulfur dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (ozon), CO (karbon monoksida) dan PM10 (bahan partikulat).

Dengan parameter tersebut terlihat bahwa pada bulan Januari hingga 14 Agustus 2023, data ISPU memiliki 58 hari baik dan 168 hari sedang.

Berbeda dengan stasiun Tandes ISPU AQMS yang menggunakan 7 parameter pengukuran udara yaitu SO2 (sulfur dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (ozon), CO (karbon monoksida), HC (hidrokarbon), PM10 dan PM2,5 (partikulat). bahan). ).

Data tersebut menunjukkan, pada Januari hingga 17 Agustus 2023, data ISPU mencatat 129 hari baik dan 100 hari sedang.

Selain menggunakan stasiun pemantau udara, Hebi berencana menambah peralatan pemantau udara portabel yang akan disebar di berbagai lokasi di Kota Surabaya.

Nantinya, kata dia, perangkat tersebut akan digunakan, kemudian data dari monitor portabel pesawat akan dianalisis dan dibandingkan dengan ISPU untuk dipelajari lebih lanjut.

Menurut Hebi, ada hal yang lebih penting dari alat pemantauan kualitas udara, yakni melakukan sosialisasi kepada warga untuk menunda perjalanan ke waktu tertentu.

Misalnya di Jalan Ahmad Yani, tingkat polusi tinggi pada jam-jam tertentu, jadi mohon untuk memakai masker saat berkendara. Jika memungkinkan, hindari juga keluar rumah pada jam-jam tertentu,” ujarnya.

Apalagi, Hebi berpesan kepada warga untuk menanam tanaman bagi mereka yang rumahnya dekat dengan jalan raya. Tanaman yang diakui ampuh menyerap polusi udara adalah tanaman jenis Sansevieria (lidah mertua).

“Ini (Sansevieria) sebaiknya ditanam oleh warga yang rumahnya berdiri di pinggir jalan. Itu akan lebih baik,” katanya.