Berita  

Dispendik Surabaya Mendorong Sekolah untuk Mempraktikkan 4 Kebiasaan Pencegahan Bullying pada Siswa

suroboyo.id – Dinas Pendidikan Kota Surabaya mendorong sekolah untuk mengadopsi empat kebiasaan dalam upaya mencegah perundungan terhadap siswa.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menjelaskan bahwa kebiasaan pertama adalah respons cepat dari para guru terhadap situasi di sekitar mereka.

Ini berarti guru-guru harus peka terhadap lingkungan sekolah, termasuk memperhatikan perilaku siswa ketika ada kerumunan selama jam istirahat. Mereka juga harus sensitif terhadap perubahan fisik yang mencolok pada siswa.

Yusuf menjelaskan, “Ketika ada kerumunan, penting bagi guru untuk memahami penyebabnya, karena biasanya tidak ada tindakan yang terjadi tanpa alasan. Ini adalah contoh cara merespons lingkungan di lingkungan sekolah.”

Kedua, sekolah harus menerapkan manajemen kelas. Transisi perpindahan guru setiap jam pelajaran harus cepat sehingga tidak ada celah siswa melakukan hal negatif termasuk bullying.

“Jadi anak tidak ada kesempatan untuk mengganggu atau memprovokasi temannya. Ada guru piket dan wali kelas yang bisa membantu jika guru tersebut berhalangan hadir mengajar. Ini melibatkan semua guru di lingkungan sekolah, manajemen kelas dikelola agar tidak ada kelas kosong,” ujar dia.

Ketiga, aspek religi dan menanamkan jiwa nasionalisme kepahlawanan pada anak.

“(Keempat) sekolah juga mengembangkan program LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) untuk melatih dan mengontrol emosi siswa dengan belajar kekompakan dan kemandirian. Lalu membuat game (permainan) edukasi dimulai dari guru-guru, kita siapkan guru BK atau olahraga untuk membuat game bertemakan nasionalis dan berkebangsaan,” terangnya.

Tujuan kegiatan, untuk melihat sisi kebersamaan antar siswa, serta menguatkan ikatan emosional mereka.

“Pendidikan kesadaran dan kebijakan anti perundungan lewat respon kondisi lingkungan juga memerlukan peran penting orang tua. Misalnya orang tua yang memiliki ide bisa disampaikan ke sekolah, konsep itu bisa diadopsi oleh sekolah. Jadi tidak melulu berbicara anggaran dan biaya, konsepnya bisa diadopsi dan dilakukan oleh sekolah,” jelasnya.

Selama ini, Yusuf menyebut sekolah sudah memberi edukasi terkait ragam bentuk bullying dan kekerasan seksual pada anak.

“Kami sudah koordinasi dengan DP3A-PPKB Surabaya terkait hal itu, karenanya guru juga wajib untuk bisa mengatasi bullying. Kita juga perkuat organisasi anak, mulai dari FAS, ORPRES, dan OSIS. Kita gerakkan semuanya agar mereka bisa menjadi sahabat pendamping teman-temannya ketika di sekolah,” kata dia.

Namun melalui penguatan pada pendidikan karakter anak, diharapkan siswa dapat memilah perilaku-perilaku negatif agar tidak mengganggu jalannya keamanan dan ketertiban di sekolah. Sebab, tindakan perundungan dapat membawa dampak buruk bagi anak-anak.

“Kecenderungan anak-anak adalah mencontoh sesuatu hal, maka kita kuatkan karakter mereka agar bisa memfilter. Anak-anak diberikan dasar akhlakul karimah, kalau dasarnya kuat meskipun media sosial dan lingkungan seperti itu, tapi karakternya sudah terbentuk dan tidak mudah dibawa kemana-mana,” pungkasnya.