Dinkes Surabaya Pantau Pasien Monkeypox, Terdeteksi Riwayat Perjalanan dari Luar Kota

suroboyo.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya memantau kondisi seorang pasien yang terinfeksi monkeypox atau cacar monyet, dengan memastikan bahwa pasien tersebut bukan merupakan warga asli Surabaya.

Hasil penelusuran menunjukkan bahwa pasien ini pernah tinggal di wilayah di mana penyakit tersebut pertama kali muncul.

Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina, menjelaskan bahwa kasus monkeypox di Surabaya merupakan kasus lintas wilayah, dan pasien bukanlah warga kota ini.

Meskipun demikian, pasien memiliki riwayat tinggal di daerah di mana monkeypox pertama kali muncul. “Riwayat terakhir pasien memang dari daerah itu,” ujar Nanik.

Nanik menegaskan bahwa kondisi pasien saat ini baik, dan setiap harinya dipantau oleh puskesmas. Dinkes telah memberikan perawatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Namun, Nanik enggan memberikan informasi lebih lanjut mengenai puskesmas tempat pasien dirawat dan identitas pasien tersebut.

”Kami pastikan (pasien) telah mendapatkan penanganan,” jelasnya.

Meski tidak menyebabkan kematian, cacar monyet bisa memicu gangguan pada tubuh. Di antaranya, gangguan penglihatan, buang air kecil, dan buang air besar (BAB). Apabila tidak cepat mendapatkan penanganan medis, aktivitas pasien akan terganggu.

”Secara medis sebenarnya hal yang ringan karena tidak menyebabkan kematian, tapi tetap harus diwaspadai,” terang Nanik.

Menurut Nanik, ada beberapa kelompok yang rentan terpapar penyakit itu. Misalnya, bayi, anak-anak, orang yang kontak erat dengan orang yang terinfeksi, orang yang kontak rutin dengan hewan terinfeksi, serta tenaga kesehatan (nakes) yang menangani pasien.

’’Kami terus memantau. Kami juga melibatkan lintas sektor untuk memberikan layanan kepada masyarakat,” ujarnya.

Ada beberapa upaya yang dilakukan dinkes untuk mengantisipasi persebaran cacar monyet di Surabaya. Pertama, menerbitkan surat edaran pada Oktober lalu. Petugas dinkes juga mengamati laporan kesehatan berbasis kejadian melalui aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).

Selain itu, menggelar penyelidikan epidemiologi, sosialisasi, penyebarluasan informasi, serta komunikasi risiko. ”Kami juga tetap memantau di lingkup global maupun nasional,” jelas Nanik.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Sidosermo dr Arista Agung Santoso mengatakan, hingga kini belum ada temuan kasus monkey pox di wilayahnya. Setiap hari petugas puskesmas turun ke wilayah untuk menggelar sosialisasi penyakit itu.

Menurut Arista, warga belum terlalu memahami monkey pox. Sebab, penyakit itu jarang ditemui. ”Biasanya setelah sosialisasi, warga akan lebih paham. Kami ajak warga untuk sama-sama mencegah persebaran monkey pox,” ucapnya. (dho/c6/aph)

UPAYA PREVENTIF AGAR TIDAK TERKENA MONKEY POX

– Konsumsi daging yang sudah dimasak dengan matang

– Hindari kontak dengan hewan pembawa penyakit monkey pox

– Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi monkey pox

– Rajin mencuci tangan dan menjaga kebersihan

– Nakes wajib memakai APD apabila berkomunikasi dengan pasien monkey pox.