suroboyo.id – Bagi para penggemar belanja dengan harga murah, momen diskon Black Friday sudah menjadi hari yang dinanti-nantikan. Namun, apa sebenarnya yang membuat Black Friday begitu istimewa?
Tidak dapat dipungkiri, setiap kali Black Friday tiba, berbagai produk bermerek menggoda dengan diskon yang sangat menggiurkan. Momen ini menjadi kesempatan bagi banyak orang untuk mendapatkan potongan harga besar-besaran pada berbagai barang yang mereka idamkan.
Di Amerika, antrean untuk memanfaatkan diskon Black Friday bisa dimulai sejak pagi buta. Namun, pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah, apa sebenarnya Black Friday?
Barbara Kahn, seorang ahli pemasaran dari The Wharton School di Universitas Pennsylvania, mengungkapkan bahwa makna dari istilah ‘Jumat Hitam’ ini telah mengalami perubahan yang signifikan.
Black Friday sebenarnya adalah hari libur setelah libur Thanksgiving Amerika. Biasanya dirayakan tiap Jumat keempat bulan November.
Karena ini adalah hari libur di Amerika Serikat, hari ini telah lama menjadi hari yang populer bagi konsumen untuk mulai berbelanja saat Natal. Selama 20 tahun terakhir pengecer besar mulai menawarkan diskon dan penawaran pada hari ini, dan hari ini menjadi semakin populer.
Biasanya demam diskon ini dimulai pada sehari setelah Thanksgiving. Di hari inilah banyak orang belanja dan membuat para penjual berada dalam zona hitam perekonomian di hari tersebut.
Banyak orang percaya bahwa istilah Black Friday berakar pada arti hitam yang berarti “menunjukkan keuntungan.”
Namun mengutip berbagai sumber, makna sebenarnya tidaklah demikian.
Apa itu Black Friday?
Secara historis,warna hitam diasosiasikan dengan hari-hari tekanan ekonomi dibandingkan dengan hari-hari kesuksesan komersial yang pesat.
Namun nama Black Friday juga digunakan untuk merujuk pada tanggal 24 September 1869, tanggal terjadinya kepanikan finansial di AS yang dipicu oleh spekulan emas.
Black Friday pertama terjadi pada tahun 1869 setelah pemodal Jay Gould dan pengusaha kereta api James Fisk berusaha menyudutkan pasar emas, yang pada akhirnya mengakibatkan kepanikan finansial dan jatuhnya pasar.
Kurang lebih 60 tahun kemudian, pada tanggal 29 Oktober 1929, jatuhnya pasar saham lainnya yang disebut sebagai Black Tuesday menandai dimulainya Depresi Hebat.
Tak cuma itu, black friday juga menjadi sebuah istilah kepolisian yang menggambarkan betapa buruknya kondisi lalu lintas di Amerika pada hari itu.
Saat itu, gerombolan pembeli dan turis pinggiran membanjiri kota. Mereka datang sebelum pertandingan sepak bola Angkatan Darat vs Angkatan Laut yang diadakan di sana setiap tahun.
Karena hal ini, para polisi tidak dapat mengambil cuti. Mereka juga harus bekerja shift ekstra panjang untuk menangani kerumunan dan lalu lintas tambahan.
Pengutil juga memanfaatkan keributan di toko-toko dan kabur dengan barang dagangan. Hal ini tentu menambah menambah kerepotan para penegak hukum.
Soal apa itu Black Friday, David Zyla penulis How to Win at Shopping juga mengungkapkan bahwa momen belanja ini termasuk salah satu yang punya pergeseran makna seiring perjalanannya.
“Black Friday bergabung dengan daftar panjang hari-hari yang memiliki makna baru seiring berjalannya waktu,” kata Zyla.
Para ahli Humas pun mencoba menggantikan nama Black Friday yang terkesan kelam ini dengan Big Friday yang terkesan menyenangkan. Namun ini tak berhasil.
“Saat ini para pengecer tidak begitu peduli dengan asal usul nama tersebut, namun telah memanfaatkan pengakuan globalnya sebagai hari (bersamaan dengan Cyber Monday) untuk menghasilkan sebagian besar penjualan tahunan mereka dengan promosi satu hari saja,” kata Zyla.
Ini adalah hari yang menyenangkan bagi pengecer, tetapi Black Friday juga selalu mewakili sisi gelap konsumerisme Amerika.Selama bertahun-tahun, hiruk pikuk kerumunan orang yang bersaing untuk mendapatkan barang dagangan dengan potongan harga telah mengakibatkan kekerasan dan cedera.
Demikianlah sekilas cerita tentang apa itu black friday yang populer saat ini sebagai hari belanja.