suroboyo.id – Bekas kamp liburan yang pernah digunakan oleh Adolf Hitler kini menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang berduyun-duyun untuk menginap di sana. Akomodasi ini ditawarkan dengan harga sekitar 100 euro per malam, atau sekitar Rp1,6 juta.
Hotel ini, yang dikenal dengan nama Prora Solitaire Apartments & Spa, terletak di tepi Laut Baltik, khususnya di Prora, Pulau Rugen, Jerman. Meskipun memiliki sejarah yang kontroversial, akomodasi ini menawarkan fasilitas mewah dan telah menerima sejumlah ulasan positif dari para tamu yang telah mengunjunginya.
Salah satu wisatawan asal Inggris, yang telah menginap di Prora Solitaire Apartments & Spa, meninggalkan ulasannya di situs TripAdvisor. Dia menulis, “Jika Anda ingin merasakan pengalaman menginap di kamp liburan sebelum perang, inilah tempatnya!”
Seorang tamu lain menambahkan, “Kami menikmati waktu yang luar biasa sebagai keluarga di Pulau Rugen. Bangunan KDF [Kraft durch Freude, organisasi perjalanan Nazi] telah direnovasi dengan baik dan memiliki lokasi yang sangat strategis di pusat kota, cocok untuk menjelajahi berbagai tempat wisata sehari. Di sekitarnya, terdapat restoran yang lezat seperti toko burger dan toko roti yang buka setiap hari.”
Sebelum menjadi sebuah penginapan, bangunan itu rencananya akan dijadikan tempat rekreasi dan indoktrinasi paham Nazi. Adolf Hitler memerintahkan pembangunan kompleks beton raksasa tersebut untuk menampung 20.000 tentara Nazi sebagai jawaban Fuhrer terhadap Butlin. Pembangun dimulai pada 1936, namun terpaksa dihentikan seiring pecahnya Perang Dunia II pada 1939.
“Dibangun pada tahun 1930-an dan kemudian ditinggalkan, ini adalah bagian Gedung Prora yang baru diubah, sebuah bangunan besar sepanjang 8 km di pantai timur pulau Rugen di Baltik,” tulis seorang tamu di laman TripAdvisor.
Tamu lain juga menambahkan: “Secara keseluruhan bagus. Apartemen yang luar biasa indah dengan pemandangan air. Seluruh kompleks dan apartemen sangat terawat dan bersih.”
Hitler berencana memberikan hari libur yang terjangkau bagi para pekerja sebagai bagian dari proyek Strength Through Joy (Kraft durch Freude). Setelah perang, kompleks ini digunakan sebagai pangkalan militer oleh Tentara Merah dan selanjutnya oleh pasukan militer Jerman Timur.
Situs ini merupakan salah satu peninggalan Nazi terbesar yang tersisa di Jerman dan secara resmi terdaftar pada 1994. Katja Lucke yang merupakan seorang kepala sejarawan di museum swasta di situs tersebut, mengatakan, “Ini adalah tempat di mana 20.000 orang dipersiapkan untuk bekerja dan berperang.”
Dia menambahkan bahwa keterangan saksi menunjukkan antara 500 dan 600 orang pekerja paksa bekerja di kompleks tersebut. Berdasarkan sejarah, para pekerja paksa itu mayoritas adalah kaum Yahudi yang ditangkap oleh pasukan Nazi.