Prospek Kemitraan Tesla Muncul di Tengah Restrukturisasi Internal Intel

Intel Corporation (INTC) menghadapi periode yang kompleks, diwarnai oleh potensi kemitraan strategis bernilai tinggi dengan Tesla, sementara pada saat yang sama bergulat dengan restrukturisasi internal yang signifikan, termasuk pemutusan hubungan kerja massal dan ketidakpastian seputar kesepakatan dengan pemerintah AS.

Baru-baru ini, CEO Tesla, Elon Musk, mengisyaratkan pergeseran strategis besar dalam industri perangkat keras AI. Dalam pertemuan pemegang saham tahunan perusahaan pada 6 November, Musk secara terbuka menyatakan bahwa produsen kendaraan listrik tersebut sedang mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Intel untuk memproduksi chip AI generasi kelima (AI5).

Pernyataan Musk, “Mungkin kami akan melakukan sesuatu dengan Intel,” dengan cepat direspons pasar, mendorong saham Intel naik 4% dalam perdagangan pasca-penutupan.

Implikasi Biaya dan Kebutuhan “Terafab”

Kemitraan potensial ini menjadi sorotan karena klaim Musk bahwa kolaborasi tersebut dapat menghasilkan chip AI hanya dengan 10% dari biaya produksi Nvidia. Chip AI5 Tesla diproyeksikan akan mengkonsumsi sekitar sepertiga daya dari chip andalan Nvidia, Blackwell, namun dengan biaya produksi yang jauh lebih rendah.

Langkah ini didorong oleh kebutuhan mendesak Tesla akan pasokan chip yang masif untuk sistem mengemudi otonomnya. Musk menyoroti bahwa bahkan skenario terbaik dari pemasok tradisional seperti TSMC dan Samsung tidak akan mencukupi. Hal ini mendorong Tesla untuk mempertimbangkan pembangunan “terafab”, sebuah fasilitas fabrikasi chip raksasa.

Bagi Intel, ini adalah peluang penting. Perusahaan tersebut tertinggal dari Nvidia dalam perlombaan chip AI dan sangat membutuhkan pelanggan eksternal untuk teknologi manufaktur terbarunya. Kemitraan ini dapat menjadi validasi yang sangat dibutuhkan untuk divisi Intel Foundry.

Kinerja Pasar dan Pandangan Analis

Di tengah berita Tesla, saham Intel dibuka di angka $38,13 pada hari Senin. Saham perusahaan telah diperdagangkan dalam rentang 52 minggu antara $17,67 dan $42,48, dengan kapitalisasi pasar saat ini mencapai $166,90 miliar.

Secara finansial, Intel baru-baru ini melaporkan hasil kuartal ketiga yang melampaui ekspektasi. Perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar $13,65 miliar, mengalahkan perkiraan analis sebesar $13,10 miliar, dengan laba per saham (EPS) sebesar $0,23. Untuk kuartal keempat 2025, Intel telah menetapkan panduan EPS di angka $0,080.

Meskipun demikian, pandangan analis secara keseluruhan tetap berhati-hati. Walaupun beberapa perusahaan seperti JPMorgan Chase & Co. menaikkan target harga mereka menjadi $30,00, konsensus umum di antara analis adalah “Reduce” (Turunkan). Data dari MarketBeat.com menunjukkan target harga rata-rata untuk Intel berada di $34,84.

Tantangan Internal: PHK Massal dan Penundaan Pabrik

Di balik layar, Intel sedang melakukan restrukturisasi besar-besaran. Perusahaan mengkonfirmasi rencana untuk mengurangi total tenaga kerjanya sekitar 15% pada akhir tahun, dengan target menyisakan 75.000 karyawan. Selama tiga bulan terakhir, lebih dari 13.000 karyawan telah diberhentikan.

Situasi internal ini juga diwarnai oleh gugatan hukum terhadap mantan karyawan, Jinfeng Luo, yang dituduh membawa hampir 18.000 file rahasia perusahaan setelah diberhentikan pada bulan Juli.

Selain itu, proyek ekspansi manufaktur, seperti pabrik Intel Ohio One, menghadapi potensi penundaan. Keberhasilan pabrik di Ohio tersebut sangat bergantung pada kesuksesan komersial node proses 14A yang baru dan kemampuan Intel untuk menarik pelanggan eksternal yang signifikan. Meskipun ada pergantian kepemimpinan di pabrik Ohio, perusahaan kini mulai mengiklankan posisi baru, menunjukkan bahwa proyek tersebut masih berjalan.

Ketidakpastian Kesepakatan dengan Pemerintah

Laporan triwulanan terbaru Intel juga mengungkap detail lebih lanjut mengenai kesepakatan rumitnya dengan pemerintah AS, di mana pemerintah mengambil 10% saham di perusahaan sebagai ganti pendanaan federal.

Intel menyatakan telah menerima $5,7 miliar sejauh ini, tetapi memiliki pertanyaan yang belum terjawab untuk SEC (Komisi Sekuritas dan Bursa) yang tidak dapat dihubungi karena penutupan pemerintah (government shutdown).

Kesepakatan ini memiliki risiko signifikan. Intel mengungkapkan bahwa perjanjian tersebut menghilangkan hak kontraktualnya untuk menerima pendanaan CHIPS Act di masa depan sebagai hibah. Ada juga kekhawatiran bahwa pemangku kepentingan pemerintah dapat memengaruhi bisnis luar negeri Intel, yang menyumbang 76% dari pendapatan perusahaan pada tahun 2024.

Aktivitas Investor Institusional

Terlepas dari tantangan tersebut, beberapa investor institusional tetap menambah kepemilikan mereka di Intel. ProShare Advisors LLC, misalnya, meningkatkan kepemilikan sahamnya sebesar 5,6% selama kuartal kedua, dengan total kepemilikan mencapai 7,42 juta lembar saham senilai $166,25 juta.

Sejumlah hedge fund lain juga mengambil posisi baru, meskipun dalam skala yang lebih kecil, termasuk HFM Investment Advisors LLC dan N.E.W. Advisory Services LLC. Secara keseluruhan, investor institusional dan hedge fund kini memiliki 64,53% saham perusahaan pembuat chip tersebut.